Berkembang
atau tidaknya diri itu tergantung pada cinta yang diterima anak pada
masa kecil. Pada waktu berkembang anak belajar membutuhkan cinta. Roger
menyebut kebutuhan ini sebagai penghargaan positif (“positive regard”). Positive regard merupakan suatu kebutuhan yang memaksa, dan dimiliki oleh setiap manusia. Dan setiap anak selalu terdorong untuk mencari positive regard.
Anak yang menemukan kepuasan yang cukup kalau dia menerima kasih
sayang, cinta dan persetujuan dari orang-orang lain. Dan akan merasa
kecewa jika dia tidak menerima kasih sayang dan cinta. Pertumbuhan anak
menjadi kepribadian yang sehat tergantung pada sejauh mana kebutuhan positive regard dipenuhi dengan baik.
Kebutuhan penghargaan positif (positive regard), terbagi menjadi dua, yaitu :
1. Penghargaan positif bersyarat (conditional positive regard), kasih sayang dan cinta yang diterima anak adalah syarat terhadap tingkah lakunya yang baik. Karena anak mengembangkan conditional positive regard
maka dia menginternalisasikan sikap-sikap ibu. Jika itu terjadi, maka
sikap ibu diambil alih oleh anak tersebut dan diterapkan kepada dirinya.
2. Pengahargaan positif tidak bersyarat (unconditional positive regard),
syarat utama bagi timbulnya kepribadian sehat pada masa kecil. Hal ini
berkembang bila ibu memberikan cinta dan kasih sayang tanpa
memperhatikan bagaimana anak bertingkah laku. Cinta dan kasih sayang
yang diberikan dan sikap yang ditampilkannya bagi anak menjadi suatu
kumpulan norma dan standar yang diinternalisasikan. Sikap ibu yang
memperlihatkan conditional positive regard diinternalisasikan oleh anaknya.
Unconditional positive regard tidak menghendaki bahwa semua pengekangan
terhadap tingkah laku anak tidak ada, tidak berarti bahwa diperbolehkan
melakukan apa saja yang diinginkan tanpa dinasihati. Anak-anak yang
bertumbuh dengan perasaan unconditional positive regard tidak
akan mengembangkan syarat-syarat penghargaan. Mereka merasa diri
berharga dalam semua syarat. Dan jika syarat-syarat penghargaan tidak
ada, maka tidak kebutuhan untuk bertingkah laku defensif.
Self adalah
apa yang manusia rasakan didalam dirinya. Didalam self terdapat 2 bagian yaitu,
ideal self dan relity self. Ideal self adalah diri yang diharapkan individu,
sedangkan reality self adalah kenyataan yang ada pada diri individual keadaan
apa adanya pada diri individu. Kesulitan akan timbul bila tidak terjadi
ketidaksesuaian antara persepsi tentang diri dengan ideal selfnya (kesenjangan
antara harapan dan realita). Individual yang sehat adalah individu yang jarak
reality self dan ideal self tidak terlalu jauh
Terdapat tiga gambaran umum
aktualisasi diri :
a. Aktualisasi diri
bukanlah merupakan keadaan yang menetap, melainkan suatu proses yang kontinu.
b. Aktualisasi diri merupakan proses yang sukar bahkan terkadang menyakitkan sehingga diperlukan keberanian untuk menjalaninya. Hal ini juga menunjukkan bahwa orang yang mengaktualisasikan diri tidaklah berbahagia di setiap masanya. Kebahagiaan itu akan timbul sebagai efek dari aktualisasi diri ini.
c. Orang yang mengaktualisasikan diri adalah benar-benar diri mereka sendiri dan tidak bersembunyi di balik topeng ataupun menyembunyikan sebagian dari dirinya.
b. Aktualisasi diri merupakan proses yang sukar bahkan terkadang menyakitkan sehingga diperlukan keberanian untuk menjalaninya. Hal ini juga menunjukkan bahwa orang yang mengaktualisasikan diri tidaklah berbahagia di setiap masanya. Kebahagiaan itu akan timbul sebagai efek dari aktualisasi diri ini.
c. Orang yang mengaktualisasikan diri adalah benar-benar diri mereka sendiri dan tidak bersembunyi di balik topeng ataupun menyembunyikan sebagian dari dirinya.
Terdapat lima tanda-tanda
orang yang melakukan aktualisasi diri, yaitu:
2. Kehidupan Eksistensial
3. Kepercayaan Terhadap Organisme Orang Sendiri
4. Persaaan Bebas
SUMBER : Schultz, D. (1991). Psikologi Pertumbuhan : Model-model Kepribadian Sehat. Alih bahasa : Yustinus. Yogya : Kanisius
1. Terbuka pada Pengalaman
Orang yang tidak mengembangkan
penghargaan positif bersyarat akan mengembangkan sikap yang terbuka pada
pengalaman. Pengalaman tidak hanya diterima namun juga dimanfaatkan untuk
mengembangkan persepsi dan ungkapan baru. Saat mengalami pengalaman, orang yang
demikian lebih mengalami emosi yang lebih kuat, baik emosi positif maupun
negatif, dibanding orang yang defensif.
2. Kehidupan Eksistensial
Orang yang berfungsi sepenuhnya,
aktualisasi diri, akan hidup sepenuhnya dalam setiap momen kehidupan karena ia
terbuka pada setiap pengalaman. Ia tidak akan beperasangka dan mudah
menyesuaikan diri terhadap pengalaman sehingga tidak harus memanipulasi apa
yang dialaminya. Menurut Rogers, kehidupan eksistensial ini merupakan ciri
terpenting kepribadian yang melakukan aktualisasi diri/keperibadian yang sehat.
3. Kepercayaan Terhadap Organisme Orang Sendiri
Orang yang mengaktualisasikan
diri akan terbuka pada pengalaman sehingga ia menerima semua informasi yang
ada, bahkan dari segi selain pikirannya. Organismenya secara keseluruhan, baik
sadar dan tak sadar, faktor emosional maupun intelektual, akan menyerap semua
informasi yang diterima. Hal ini menjadikannya dalam membuat keputusan dapat
mempercayai organismenya sendiri, intuisinya, impuls-impuls yang timbul
seketika. Ia menjadi spontan namun tidak terburu-buru (tidak mempertimbangkan
konsekuensi tindakan). Ia percaya
dirinya sendiri.
4. Persaaan Bebas
Orang yang sehat dapat memilih
dengan bebas dapat memilih dengan bebas tanpa rintangan atau paksaan antara
alternatif pikiran dan tindakan. Ia memiliki perasaan berkuasa secara peribadi
mengenai kehidupan. Karena merasa bebas dan berkuasa, ia menjadi mampu melihat
banyaknya pilihan dalam kehidupan dan mampu melakukan pilihan-pilihan tersebut
sesuai kehendaknya.
5. Kreativitas
5. Kreativitas
Dengan ciri-ciri di atas membawa
akibat yaitu orang yang sehat adalah orang yang kreatif. Kreativitas dan
spontanitas orang yang mengaktualisasikan diri menjadikannya pantas untuk
menjadi barisan depan dalam proses evolusi manusia.
Dengan mengesampingkan kesulitan-kesulitan saya dari segi-segi pendirian Rogers sulit untuk menentang dalil umum bahwa lebih sehat kalau terbuka mengalami, menikmati hidup sepenuhnya dan
menghargai setiap momen kehidupan, fleksibel dan tidak takut terhadap
semua segi kehidupan manusia. Jelas orang lebih suka kalau merasa bebas,
memiliki kepercayaan terhadap kemampuan-kemampuan sendiri, dan merasa
suatu perasaan berkuasa dalam membangun kehidupan sendiri. Sifat-sifat
tersebut tentu berbicara tentang kesehatan psikologis dan bukan neurosis. Orang-orang yang demikian tentu saja akan kelihatan benar-benar berfungsi. akan tetapi apakah mereka berfungsi pada tingkat potensi manusia yang paling tinggi masih harus ditinjau kembali.
SUMBER : Schultz, D. (1991). Psikologi Pertumbuhan : Model-model Kepribadian Sehat. Alih bahasa : Yustinus. Yogya : Kanisius